Jumat, 15 Februari 2013

tajwid



Wakaf:
Dari sudut bahasa berarti berhenti/menahan.
Menurut istilah tajwid, memutuskan suara di akhir kata untuk bernafas sejenak dengan niat meneruskan kembali bacaan.

Wakaf Lazim (harus), yaitu:
Menghentikan bacaan pada rangkaian kata yang sempurna makna serta lafalnya (dari segi i'rab) dan maksudnya tidak tergantung dengan kata-kata berikutnya.
Wakaf lazim disebut juga wakaf taam (sempurna)
Wakaf Lazim ini bertanda: [ ]
Wakaf Ja'iz (boleh), yaitu:
Bacaan yang boleh diwashal (disambung) atau diwakaf (berhenti).
Kedudukan hukum wakaf ja'iz ini kadangkala sama (berhenti atau disambung), kadangkala disambung lebih baik dari berhenti dan kadangkala berhenti lebih baik dari disambung (yaitu menghentikan bacaan pada rangkaian kata yang tidak merusakkan maknanya).
Wakaf ja'iz ini terbagi tiga, yaitu: yang terkadang disambung lebih baik, berhenti atau disambung sama baiknya dan yang terkadang berhenti lebih baik

Wakaf Muraqabah (terkontrol), yaitu:
Terdapatnya 2 tempat wakaf di lokasi yang berdekatan, akan tetapi hanya boleh berhenti pada salah satu tempat saja.
Wakaf muraqabah disebut juga ta'anuqul-waqfi (2 wakaf bertemu
Wakaf Mamnuu' (dilarang), yaitu:
Berhenti di tengah-tengah kalimat yang belum sempurna yang dapat mengakibatkan perubahan pengertian, karena mempunyai kaitan yang sangat erat –secara lafal dan makna- dengan kalimat sesudahnya. Oleh karena itu, dilarang berhenti di tempat seperti ini.
Wakaf Mamnuu’ ini bertanda: [
Wakaf Saktah Lathifah (berhenti sejenak), yaitu:
Memutuskan suara (selama 2 harakat) di akhir kata, tanpa bernafas. Saktah Lathifah ini bertanda: [ ]

Hamzah:
Dalam Al Qur’an, hamzah terbagi dua macam, yaitu hamzah qath’i (putus) dan hamzah washal (sambung)
Hamzah Qath'i, yaitu:
Hamzah yang ada dalam lisan sewaktu membaca dan ada pula dalam tulisan.
Dinamakan hamzah qath'i karena pembaca memutuskan bacaan sebagian huruf tertentu dari huruf lain.
Hamzah qath'i bisa terletak di awal, di pertengahan atau di akhir kalimat.
Hamzah qath'i ini juga bisa terdapat pada kata benda (isim), kata kerja (fi'il) dan huruf (harf).
Aturan bacaannya: Harus diucapkan dengan jelas (izhar)
Hamzah Washal, yaitu:
Hamzah yang diucapkan bila terdapat dipermulaan bacaan dan digugurkan ketika disambung dengan huruf sebelumnya.
Dinamakan hamzah washal karena berfungsi sebagai penyambung dalam membaca huruf yang sukun di awal kalimat.
Tandanya: huruf shad kecil di atas alif
Hamzah Washal Dibaca Fathah, yaitu:
Jika hamzah washal terdapat di awal kata benda (isim ma'rifat) yang ditandai dengan alif-lam di awal bacaan, maka hamzah tersebut dibaca fathah
Hamzah Washal Dibaca Kasrah, yaitu:
Jika hamzah washal terdapat di awal kata kerja yang huruf keduanya berbaris fathah atau huruf ketiganya berbaris kasrah atau terletak pada bentuk mashdar dari fi'il madli (kata kerja bentuk lalu), maka hamzah tersebut dibaca kasrah
Hamzah Washal Dibaca Dhammah, yaitu:
Jika hamzah washal terdapat di awal kata kerja perintah (fi’il amr) yang huruf ketiganya berbaris dhammah, maka hamzah tersebut dibaca dhammah.
Hamzah Washal Tidak Dibaca, yaitu:
Dalam keadaan disambung, hamzah washal tidak dibaca karena huruf sukun berikutnya berkaitan dengan huruf sebelumnya. Dengan demikian hamzah washal tidak lagi dibutuhkan, karena itu hamzah tersebut tidak dibaca pada saat disambung.
Hamzah washal dibaca fathah, kasrah atau dhammah jika berada di permulaan bacaan. Jika hamzah washal berada di tengah-tengah kalimat seperti


Qalqalah:
Qalqalah menurut bahasa, berarti getaran.
Menurut istilah tajwid, getaran suara terjadi ketika mengucapkan huruf yang sukun sehingga menimbulkan semacam aspirasi suara yang kuat, baik sukun asli ataupun tidak.
Huruf qalqalah ada 5, yaitu yang tergabung dalam yaitu: huruf , , , dan

Syarat qalqalah: Hurufnya harus sukun, baik sukun asli atau yang terjadi karena berhenti pada huruf qalqalah
Hukum Bacaan: Nun & Tanwin


Nun dan Tanwin.
Nun Sukun, yaitu:
Nun yang tidak berbaris, bacaannya tergantung dengan huruf yang datang berikutnya.
Nun Tanwin (baris dua), yaitu:
Nun sukun tambahan yang terdapat di akhir kata jika kata tersebut dilafalkan atau disambung dan hilang jika kata tersebut ditulis atau dijadikan tempat berhenti. Tandanya: dua dhammah atau dua fathah atau dua kasrah
Nun sukun yang terjadi dari tanwin ini diperlakukan sama seperti nun sukun dalam cara membacanya.
Catatan: Apabila ada nun sukun atau tanwin dan sesudahnya terdapat hamzah washal, maka kedua-duanya tidak boleh dibaca dengan izhar, idgham, iqlab atau ikhfa, akan tetapi harus dibaca kasrah untuk menghindari bertemunya dua huruf yang sukun, kecuali huruf nun pada –anggota huruf jar (huruf bahasa Arab)-, maka huruf nun tersebut harus dibaca fathah untuk menghindari bertemunya dua huruf yang sukun, karena beratnya pindah dari baris kasrah ke baris fathah.
Catatan lain: Ketentuan-ketentuan yang terdapat pada nun sukun atau tanwin hanya terjadi pada waktu washal (bersambung) saja, bukan pada waktu wakaf (berhenti)

Iqlab, yaitu:
Menurut bahasa, berarti merubah sesuatu dari bentuknya.
Menurut istilah tajwid, meletakkan huruf tertentu pada posisi huruf lain dengan memperhatikan ghunnah dan penuturan huruf yang disembunyikan (huruf mim).
Dinamakan iqlab karena terjadinya perubahan pengucapan nun sukun atau tanwin menjadi mim yang tersembunyi dengan disertai dengung.
Huruf iqlab hanya 1, yaitu huruf ba.
Idgham, yaitu:
Menurut bahasa, berarti memasukkan sesuatu ke dalam sesuatu.
Menurut istilah tajwid, memasukkan huruf yang sukun ke dalam huruf yang berharakat, sehingga menjadi satu huruf yang bertasydid.
Idgham terbagi 2, yaitu: Idgham Bighunnah (disertai dengung) dan Idgham Bila Ghunnah (tanpa dengung).
Catatan: Idgham tidak terjadi kecuali dari 2 kata 
Idgham Bighunnah, yaitu:
Idgham bighunnah mempunyai 4 huruf, yaitu yang tergabung dalam kalimat: yaitu: , , dan
Apabila salah satu hurufnya bertemu dengan nun sukun atau tanwin (dengan syarat di dalam 2 kata), maka harus dibaca idgham bighunnah, kecuali pada 2 tempat, yaitu: dan yang harus dibaca Izhar Muthlaq, berbeda dengan kaidah aslinya. Hal ini sesuai dengan bacaan yang diriwayatkan oleh Imam Hafsh.
Idgham Bila Ghunnah, yaitu:
Idgham bila ghunnah mempunyai 2 huruf, yaitu: dan
Apabila salah satu hurufnya bertemu dengan nun sukun atau tanwin (dengan syarat di dalam 2 kata), maka bacaannya harus idgham bila ghunah kecuali nun yang terdapat dalam ayat , karena disini harus di baca saktah (diam sebentar tanpa bernafas) yang menghalangi adanya bacaan idgham.
Izhar, yaitu:
Menurut bahasa, berarti memperjelas dan menerangkan.
Menurut istilah tajwid, melafalkan huruf-huruf izhar dari makhrajnya tanpa disertai dengung.
Izhar Muthlaq, yaitu:
Menurut bahasa, berarti memperjelas dan menerangkan.
Menurut istilah tajwid, melafalkan huruf-huruf izhar dari makhrajnya tanpa disertai dengung.
Dinamakan muthlaq karena tidak ada kaitannya dengan kerongkongan atau bibir.
Izhar muthlaq terjadi apabila nun sukun bertemu dengan atau dalam satu kata. Izhar semacam ini dalam Al-Quran hanya terdapat pada 4 tempat, yaitu:
dan ,

Aturan bacaan kedua-duanya adalah izhar muthlaq, walaupun berada dalam 2 kata. Hal ini sesuai dengan bacaan yang diriwayatkan oleh Iman Hafsh
Izhar Halqi, yaitu:
Menurut bahasa, berarti memperjelas dan menerangkan.
Menurut istilah tajwid, melafalkan huruf-huruf izhar dari makhrajnya tanpa disertai dengung.
Dinamakan halqi karena makhraj huruf-hurufnya dari halq (kerongkongan). Hurufnya ada 6, yaitu: dan , , , ,

Ikhfa, yaitu:
Menurut bahasa, berarti menyembunyikan.
Menurut istilah tajwid, melafalkan huruf antara izhar dan idgham, tanpa tasydid dan disertai dengan dengung.
Disebut juga ikhfa haqiqi (nyata) karena kenyataannya persentase nun sukun dan tanwin yang disembunyikan lebih banyak dari huruf lainnya.
Huruf ikhfa ada 15, yaitu awal kata dari kalimat
Nun dan Mim Tasydid, yaitu:
Setiap nun atau mim yang bertsydid.
Huruf yang bertasydid pada dasarnya berasal dari 2 huruf, yang pertama sukun dan yang kedua berharakat
Mim Tasydid, yaitu:
Mim Tasydid berasal dari 2 huruf mim, yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Mim yang pertama dimasukkan / berpadu ke dalam mim yang kedua, maka terjadilah satu huruf yang bertasydid.
Hukum mim tasydid: Harus dibaca ghunnah, 2 harakat.
Mim yang bertasydid disebut juga tasydidul ghunnah.
Nun Tasydid, yaitu:
Nun Tasydid berasal dari 2 huruf nun, yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Nun yang pertama dimasukkan / berpadu ke dalam nun yang kedua, maka terjadilah satu huruf yang bertasydid.
Hukum nun tasydid: Harus dibaca ghunnah, 2 harakat.
Nun yang bertasydid disebut juga tasydidul ghunnah.

Mim Sukun, yaitu:
Mim yang tidak berharakat.
Mim semacam ini bisa terdapat sebelum semua huruf hijaiyah kecuali 3 huruf mad
[ , , ] untuk menghindari bertemunya 2 huruf yang sukun
Izhar Syafawi, yaitu:
Menurut bahasa, berarti memperjelas dan menerangkan.
Menurut istilah tajwid, melafalkan huruf-huruf izhar dari makhrajnya tanpa disertai dengung.
Dinamalan syafawi karena mim sukun makhrajnya dari pertemuan dua bibir, sedangkan penghubungannya kepada izhar karena ketetapan pengucapannya sama dengan pengucapan huruf izhar.
Izhar syafawi mempunyai 26 huruf, yaitu semua huruf hijaiyah selain huruf mim dan ba.
Catatan: Jika terdapat huruf wau atau fa setelah mim sukun, huruf mim wajib dibaca izhar syafawi sehingga terhindar dari keraguan membacanya dengan ikhfa. Sebaliknya huruf mim wajib dibaca ikhfa ketika bertemu dengan huruf ba. Alasannya karena makhraj huruf mim dengan huruf wau adalah sama dan antara huruf mim dan fa sangat berdekatan
Ikhfa Syafawi, yaitu:
Menurut bahasa, berarti menyembunyikan.
Menurut istilah tajwid, disertai dengan dengung.
Dinamalan syafawi karena mim dan ba makhrajnya dari pertemuan dua bibir.
Ikhfa syafawi hanya mempunyai 1 huruf, yaitu huruf ba.
Idgham Mitslain Shaghir, yaitu:
Menurut bahasa, berarti memasukkan sesuatu ke dalam sesuatu.
Menurut istilah tajwid, memasukkan huruf yang sukun ke dalam huruf yang berharakat, sehingga menjadi satu huruf yang bertasydid.
Disebut mitslain karena berasal dari 2 huruf yang makhraj dan sifatnya identik, sedangkan disebut shaghir adalah karena huruf yang pertama sukun dan huruf yang kedua berharakat.
Idgham Mitslain Shaghir mempunyai 1 huruf, yaitu huruf mim.
Lam Sukun, yaitu:
Huruf Lam yang sukun dalam Al Qur’an terbagi dalam 3 macam: Lam Ta'rif, Lam Fi'il dan Lam Huruf
lam Ta'rif.
Yang dimaksudkan dengan Alif Lam Ta'rif adalah Alif Lam yang masuk pada kata benda, merupakan tambahan dari bentuk dasarnya, baik baik kata benda tersebut berdiri sendiri tanpa alif dan lam, seperti kata ataupun tidak bisa berdiri sendiri seperti kata [ ].
Penambahan alif dan lam pada adalah wajib karena kedua huruf ini tidak bisa dipisahkan dari kata benda tersebut.
Bentuk seperti ini hukum bacaannya wajib idgham, jika terdapat setelahnya lam, seperti dan wajib izhar jika terdapat setelahnya ya, seperti atau hamzah seperti
Lam Qamariyah.
Lam Qamariyah mempunyai 14 huruf, yaitu yang tergabung dalam kalimat:
.
Hukum lam qamariyah adalah izhar, sebab jarak antara makhrajnya dan makhraj huruf-huruf qamariyah tersebut, berjauhan.
Lam Syamsiyah.
Lam Syamsiyah mempunyai 14 huruf, yaitu yang terdapat pada awal kata dari kalimat: .
Hukum lam Syamsiyah adalah idgham, sebab makhraj kedua lam-nya sama, sedangkan jarak antara makhraj lam syamsiyah dengan makhraj huruf-huruf syamsiyah lainnya, berdekatan.
Lam Fi'il, adalah:
Lam sukun yang terdapat pada kata kerja (fi'il), baik bentuk lampau (fi'il madli), bentuk sekarang (mudlori') atau bentuk perintah (amar), baik di pertengahan atau di akhir kata
Lam Fi'il: Idgham.
Jika setelah lam fi'il terdapat huruf ra atau lam, maka harus dibaca idgham.
Lam Fi'il: Izhar.
Sebaliknya, jika setelah lam fi'il terdapat selain huruf ra atau lam, maka harus dibaca izhar
Lam Huruf
Yang dimaksud dengan Lam huruf adalah Lam sukun yang terdapat pada huruf.
Lam huruf ini hanya terdapat pada kata dan saja, tidak terdapat pada kata lain dalam Al Qur’an

Mad
Mad, menurut bahasa, berarti tambahan.
Menurut istilah tajwid, memanjangkan suara sewaktu membaca huruf mad atau huruf layin jika bertemu dengan hamzah atau sukun.
Huruf mad ada 3, yaitu: alif, wau dan ya.
Syarat mad: Huruf sebelum wau berbaris dhammah, sebelum ya berbaris kasrah dan sebelum alif berbaris fathah.
Jika huruf yang sebelum ya atau wau sukun itu berbaris fathah, tidak disebut huruf mad, akan tetapi disebut huruf layin
Mad Thabi'i atau Mad Asli, yaitu:
Bila huruf yang setelah mad bukan huruf hamzah atau sukun.
Dinamakan thabi'i karena mad tersebut merupakan sesuatu yang thabi'i (alami), kadarnya tidak kurang dan tidak lebih. Aturan membacanya panjang 2 harakat
Mad Asli: Pada Wakaf dan Washal
Huruf mad tetap ada disaat washal atau wakaf, baik huruf mad itu terletak di tengah, seperti pada kata atau di akhir, seperti pada kata
.
Syarat mad thabi’i, tidak terdapat huruf hamzah atau sukun setelah huruf mad tersebut
Mad Asli: Pada Washal
Mad asli atau thabi'i bisa terjadi pada shilah shughra, yaitu huruf wau kecil yang terdapat setelah ha dhamir yang berbaris dhammah dan ya kecil yang terdapat setelah ha dhamir yang berbaris kasrah.
Agar ha dhamir bisa disambung dengan wau atau ya, maka disyaratkan agar huruf itu harus terdapat di antara 2 huruf yang berharakat seperti .
Dalam hal ini wau dan ya dibaca panjang 2 harakat (dengan syarat tidak terdapat huruf hamzah pada kata lain) ketika washal, sedangkan ketika wakaf tidak dibaca panjang
Mad Asli: Pada Wakaf
Mad asli atau thabi’i bisa juga terjadi pada huruf mad yang ada ketika wakaf dan hilang ketika washal. Hal ini terjadi pada huruf alif pengganti tanwin (fathatain) seperti , jika berhenti pada huruf alif .
Dalam hal ini mad akan hilang jika disambung dengan kata sesudahnya.
Mad Far'i, adalah:
Mad yang merupakan tambahan terhadap mad thabi’i karena salah satu 2 sebab, yaitu: hamzah atau sukun.
Mad Muttashil
Disebut mad muttashil, bila dalam satu kata bertemu mad thabi'i dengan huruf hamzah. Dinamakan muttashil karena mad thabi'i dengan huruf hamzah dalam satu kata.
Mad muttashil disebut juga mad wajib. Aturan bacaannya panjang, 4 harakat atau 5 harakat atau 6 harakat ketika berhenti

Mad Munfashil (terpisah)
Disebut mad munfashil, bila mad thabi'i bertemu dengan huruf hamzah di kata berikutnya. Dinamakan munfashil karena huruf mad dengan huruf hamzah terdapat pada kata yang berbeda. Aturan membacanya, boleh 2 harakat, 4 harakat atau 5 harakat menurut imam Hafsh.
Termasuk mad munfashil, shilah kubra, yaitu bila wau kecil yang terdapat setelah ha dhamir yang berbaris dhammah dan ya kecil yang terdapat setelah ha dhamir yang berbaris kasrah bertemu dengan hamzah di lain kata. Aturan membacanya sama dengan mad shilah di saat washal, sedangkan di saat wakaf tidak dibaca panjang
Mad 'Aridh
Disebut mad 'aridh, bila huruf mad atau huruf layin bertemu dengan sukun yang terjadi karena wakaf. Dinamakan 'aridh karena mad asli yang terdapat di akhir ayat dibaca sukun karena wakaf, jika di washal dia tetap sebagai mad thabi'i.
Aturan membacanya boleh 3 macam: pendek (2 harakat), sedang (4 harakat), panjang (6 harakat). Contoh: .
Hal yang sama juga diperlakukan pada mad layin ketika wakaf. Contoh: .
Dinamakan mad layin (lembut) karena pengucapannya lembut dan mudah
Mad Badal
Disebut mad badal, bila huruf hamzah terdapat sebelum mad thabi'i di dalam 1 kata (setelah mad tidak ada lagi hamzah.atau sukun). Dinamakan badal karena huruf mad merupakan pengganti dari huruf hamzah, dimana asal dari mad badal pada umumnya adalah karena bertemunya 2 hamzah dalam 1 kata, yang pertama berharakat dan yang kedua sukun, seterusnya huruf hamzah yang kedua diganti menjadi huruf mad yang sesuai dengan jenis harakat huruf hamzah yang pertama, untuk meringankan bacaan.
Jika huruf hamzah yang pertama berbaris fathah, maka yang kedua diganti menjadi huruf alif, seperti: asalnya .
Jika huruf yang pertama berbaris kasrah, maka yang kedua diganti menjadi huruf ya, seperti: asalnya .
Jika huruf yang pertama berbaris dhammah, maka yang kedua diganti menjadi huruf wau, seperti: asalnya .
Aturan membacanya, panjang dua harakat seperti mad thabi'i
Mad Lazim
Disebut mad lazim, bila mad thabi'i bertemu dengan sukun yang tetap ada baik dalam keadaan washal atau wakaf, baik dalam 1 kata ataupun tidak. Dinamakan lazim (harus), karena mad tersebut harus dibaca 6 harakat dan keharusan adanya sukun, baik ketika washal ataupun wakaf.
Mad Lazim Mutsaqqal Harfi, adalah:
Mad thabi'i yang bertemu dengan sukun asli (bukan karena wakaf) pada salah satu huruf hijaiyah yang bertasydid.
Dinamakan harfi karena sukun asli tersebut terdapat setelah huruf mad. Hal ini terdapat pada huruf-huruf hijaiyah yang terletak di awal beberapa surat. Dinamakan mutsaqqal karena berat mengucapkannya akibat adanya tasydid pada sukun tersebut.
Aturan membacanya wajib panjang, 6 harakat. Contoh, huruf lam dalam: .
Mad Lazim Mukhaffaf Harfi, adalah:
Mad thabi'i yang bertemu dengan sukun asli pada salah satu huruf hijaiyah yang tidak bertasydid.
Dinamakan mukhaffaf karena ringan mengucapkannya akibat tidak adanya tasydid dan ghunnah pada mad itu. Contoh, huruf mim dalam: .
Catatan: huruf hijaiyah yang terdapat pada permulaan surat ada 14 huruf, yaitu yang tergabung dalam kalimat: .
Ini terbagi ke dalam 4 bagian: Pertama, yang jumlah hurufnya ada 3, dimana huruf mad terletak di tengah-tengah. Ada 7 huruf yang termasuk dalam bagian ini, yaitu yang tergabung dalam kalimat: kecuali huruf 'ain.
Bagian pertama ini aturan membacanya panjang, 6 harakat.
Kedua, jumlah hurufnya ada 3, dimana huruf layin terletak di tengah-tengah, yaitu huruf 'ain. Bagian kedua ini boleh dibaca panjang, 4 atau 6 harakat.
Ketiga, jumlah hurufnya ada 2, dimana yang kedua adalah huruf mad. Hurufnya ada 5, yaitu yang tergabung dalam kalimat: . Bagian ketiga ini aturan membacanya sama dengan mad thabi'i, yaitu 2 harakat.
Keempat, jumlah hurufnya ada 3 dan tidak terdapat huruf mad di tengah-tengahnya. Hurufnya hanya 1, yaitu alif. Aturan membacanya adalah biasa, tidak terdapat mad.
Mad Lazim Mutsaqqal Kalimi, adalah:
Yang dimaksud dengan istilah ini adalah mad thabi'i yang bertemu dengan huruf yang bertasydid dalam 1 kata.
Aturan membacanya wajib panjang, 6 harakat.
Dinamakan mutsaqqal karena berat mengucapkannya sebagai akibat terdapatnya tasydid pada huruf yang sukun. Contoh, huruf alif dalam: , dari firman Allah Taala:
Mad Lazim Mukhaffaf Kalimi, adalah:
Yang dimaksud dengan istilah ini adalah mad thabi'i yang bertemu dengan huruf yang sukun (tetapi tidak bertasydid) dalam satu kata.
Aturan membacanya wajib panjang, 6 harakat.
Dinamakan mukhaffaf karena mengucapkannya ringan dan mudah sebagai akibat tidak adanya tasydid dan ghunnah pada mad itu.
Dinamakan kalimi (kata) karena sukun asli dan mad thabi'i itu terdapat dalam 1 kata. Contoh, kata: pada 2 tempat dalam surat Yunus, masing-masing pada ayat 51 dan 91
Pertemuan Dua Sukun
Sesuai dengan aturan bahasa Arab, jika 2 huruf yang sukun bertemu, harus dilakukan salah satu dari 2 cara, yaitu: membuang huruf yang pertama atau memberinya harakat, dengan catatan pemberian harakat tersebut hanya dapat dilakukan ketika washal saja
Pertemuan Dua Sukun: Membuang Yang Pertama
Huruf mad harus dibuang (tidak dilafalkan), bila bertemu dengan hamzah washal di saat bacaan bersambung, walaupun dalam penulisannya tetap ada.
Contoh: .
Terkadang huruf tersebut dibuang dalam penyebutan dan penulisannya sekaligus.
Hal ini terjadi ketika huruf mad bertemu dengan hamzah washal, baik waktu washal atau wakaf. Seperti ya yang dibuang pada kata dalam ayat .

Pertemuan Dua Sukun: Mengharakati Yang Pertama
Alternatif yang kedua dalam menghindari bertemunya 2 huruf yang sukun, adalah dengan memberi harakat: fathah, kasrah atau dhammah kepada huruf yang pertama, sesuai ketentuan yang berlaku
Mengharakati Yang Pertama: Kasrah
Huruf sukun yang pertama diberi kasrah, jika huruf tersebut berada di akhir kata pertama, semetara yang kedua berada di awal kata kedua. Dalam keadaan seperti ini, huruf yang pertama diberi kasrah dan hamzah washal tidak dilafalkan.
Contoh: , tidak bisa diberi fathah atau dhammah.
Catatan: Jika hamzah washal terdapat setelah tanwin (di saat bacaan bersambung), maka nun tanwin tersebut harus diberi baris kasrah, seperti tanwin yang terdapat pada kata dalam ayat . Demikian juga dengan huruf lam yang terdapat pada kata yang terdapat dalam surat Al-Hujarat, karena huruf tersebut terletak di antara 2 hamzah washal. Oleh sebab itu huruf lam di atas harus diberi baris kasrah untuk menghindari bertemunya 2 sukun
Mengharakati Yang Pertama: Fathah
Huruf sukun yang pertama diberi fathah. Hal ini terjadi dalam 2 kasus, masing-masing:
Pertama: Nun pada huruf jar jika bertemu dengan hamzah washal.
Contoh: .
Kedua: Ya mutakallim (kata ganti milik orang pertama), jika bertemu dengan hamzah washal. Contoh: .
Mengharakati Yang Pertama: Dhammah
Huruf sukun yang pertama diberi dhammah. Hal ini terjadi dalam 2 kasus, masing-masing:
Pertama: Wau layin yang digunakan untuk bentuk jamak, jika bertemu dengan hamzah washal. Contoh: .
Kedua: Huruf mim yang menunjukkan bentuk jamak, jika bertemu dengan hamzah washal. Contoh:
Hukum Bacaan: Tafkhim & Tarqiq


Tafkhim & Tarqiq
Dilihat dari segi tafkhim (tebal) dan tarqiq (tipis)-nya huruf hijaiyah terbagi 3: Pertama: Huruf-huruf yang selalu dibaca tebal, yaitu huruf-huruf isti’la (huruf-huruf yang terjadi dengan menaikkan sebagian besar lidah sewaktu menuturkannya). Kedua: Huruf yang terkadang dibaca tebal, terkadang dibaca tipis, sesuai posisi huruf dalam ayat, yaitu (alif-lam pada lafal Allah, ra).
Ketiga: Huruf-huruf yang selalu dibaca tipis, yaitu huruf-huruf istifal (huruf-huruf yang terjadi dengan menurunkan sebagian besar lidah sewaktu menuturkannya), selain dari huruf lam dan ra




Tidak ada komentar:

Posting Komentar